Wednesday, September 4, 2013

5 cm (4cm)

Om Swatiastu,

Mungkin sudah sekian abad lamanya akhirnya saya update blog saya yang tercinta ini, dan ternyata setelah sekian lama tersebut ada beberapa yang tertarik dengan post saya sebelumnya sampai bertanya beberapa hal ke email saya. Namun sayangnya karena keterbatasan waktu dan koneksi internet di lokasi KKN Desa Pengadangan saya tidak dapat membantu secara maksimal, karena itu saya ucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya dan tidak lupa juga terima kasih telah membaca postingan saya sebelumnya, next time akan saya layani dengan lebih baik lagi.

Sebenernya post kali ini saya ingin membahas program kecil – kecilan tentang Reaktor Alir Pipa atau bahasa lainnya Plug Flow Reactor, tapi sayangnya harus ditunda dulu sampai post berikutnya karena ada yang bilang blog gw ini tentang kuliah banget jadi gak ngerti kalo dibaca, buat yang ngerasa jangan cengar cengir ya haha. Jadi post kali ini saya tidak akan membahas tentang pemrograman tapi saya akan menceritakan sebuah kisah menegangkan tentang 5 pria yang berusaha menaklukkan alam ( menikmati alam ) RINJANI. Here we start the expedition!!!
(kiri ke kanan: gw, ass-rule, bang fide, atur, benny)

Once upon a time, ada sekumpulan bocah yang sedang menjalani KKN di Desa Pengadangan Lombok Timur dengan hiruk pikuknya, hingga bocah - bocah tersebut  sudah akrab dengan warga desa serta pemuda di daerah tersebut, dimana mereka saling bertukar cerita dan bertukar ilmu kehidupan yang tidak mungkin dilupakan oleh keduanya. Hingga suatu ketika para pemuda desa itu pun akhirnya mengajak mereka untuk berkenalan dengan alam liar, untuk memancing di Segara Anak, untuk meninggalkan dunia yang palsu, yaitu untuk mendaki gunung Rinjani.

Berikut ini adalah penampakan para pengembara Rinjani atau para pemuda yang memandu kelima bocah terpilih diatas :
mas Taufiq
mas Fendi
kak Lingga
pak Iskandar
mas Wir
Total perjalanan 5 hari melalui jalur pendakian selatan. Perjalanan melalui jalur selatan bukanlah perjalanan yang biasa, tapi totally extreme bagi bocah – bocah tersebut. Bahkan jalur ini adalah bekas jalur pemburu anjing liar di hutan dan merupakan jalur yang tidak disarankan. Mengapa bisa dikatakan demikian? Bagaimanakah kerasnya ekspedisi mereka? Ikuti terus kisahnya berikut ini.
Perjalanan dimulai tanggal 10 Agust-13 pukul 13:30 dari gerbang pendakian selatan.
Pukul 14:45 sampai ke pos pertama. Perjalanan ke pos pertama cukup mengejutkan karena dibandingkan pos – pos lain jaraknya terlalu dekat.
Pukul 18:00 akhirnya sampai pos kedua untuk istirahat dan makan. Perjalanan dari pos pertama sampai pos kedua cukup jauh karena hampir memakan waktu 4 jam melewati hutan pertama dan masuk ke dalam hutan kedua.
Pukul 18:30 perjalanan dilanjutkan sampai ke pos ketiga pukul 21:30. Perjalanan hari pertama pun dihentikan dan istirahat sampai besok pagi disana. Perjalanan menuju pos ketiga sangatlah berat karena setelah istirahat di hutan yang dingin dilanjutkan dengan jalan menanjak menyebabkan banyak yang mengalami kram dibagian paha, selain itu juga harus melawan dinginnya hutan kedua di malam hari.
Pukul 8:00 perjalanan dilanjutkan kembali, dimana sepanjang perjalanan pun mereka disuguhkan dengan pemandangan di atas awan yang luar biasa, bahkan puncak gunung Rinjani sebelah selatan terlihat jelas dan cukup dekat.
 Perjalanan dari pos ketiga langsung memotong ke pos kelima karena persediaan air dirasa sudah cukup banyak. Semakin mendekati pos kelima atau pundukan, mata mereka pun semakin kaya akan indahnya alam liar dengan adanya kebun edelweiss disebelah kiri dan kanan jalan.
Dan akhirnya pukul 12:00 tiba lah mereka di pundukan disambut dengan hamparan luasnya danau Segara Anak dari atas tebing.
Namun rintangan yang “sesungguhnya” baru akan dimulai. Setelah istirahat sejenak, perjalanan langsung dilanjutkan dengan menuruni tebing curam dan terjal selama 4 jam!!!
 
 
Namun hanya ini lah foto – foto yang “masih dapat” diambil saat menuruni tebing karena medan yang sangat sulit untuk sekedar mengambil foto saat itu. Sesampainya di bawah tebing, rintangan masih belum usai. Bayangkan saja apa yang terjadi pada mereka setelah 4 jam bekerja keras dengan seluruh anggota badan saat memeluk satu persatu tiap tebing disertai dengan teriknya sinar matahari siang itu, yak tentu saja mereka mengalami “kehausan” atau istilah kerennya “dehidrasi” . Dimana untuk mencapai sumber air masih memerlukan perjalanan selama 1 jam. 5 orang rombongan terakhir, hanya tersisa 2 botol kecil minuman, dengan salah satunya sudah mengalami pusing yang hebat karena dehidrasi dan ujung bibirnya yg sudah terluka karena saking keringnya, tapi orang tersebut hanya mengaku sakit di ujung kakinya karena dia tahu bahwa yg lainnya juga mengalami dehidrasi. Kebersamaan dan kesatuan mereka seperti diuji saat itu dimana kelima orang tersebut merencanakan pembagian air minum yang hanya 2 botol kecil untuk 5 orang hingga sampai ke danau dan saling menunggu jika ada yg tidak kuat jalan lagi.
Kira – kira apa yang terjadi pada 5 orang tersebut?
 
Tuhan seperti mendengarkan doa mereka, ternyata ada teman pengembara mereka yg sudah menunggu mereka di balik bukit kecil dengan aliran air belerang yang secara ajaib mengalir tipis disana seperti oase di tengah padang pasir. Hidup mereka pun terselamatkan oleh campuran air belerang dan nutri sari pemberian Tuhan Yang Maha Esa saat itu. Terima kasih ya Tuhan.



Pukul 18:30 akhirnya mereka bergabung kembali dengan anggota lainnya yg sudah sampai di danau terlebih dahulu dan sudah mendirikan tenda. Balasan dari semua rintangan itu pun terbalaskan pada esok harinya.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Sore pun menjelang, dinginnya kabut malam mulai menyelimuti tenda para pria yg berjiwa panas ingin menaklukkan puncak Rinjani. Rapat persiapan ke puncak pun dilaksanakan malam itu, sayangnya ada raut muka penyesalan dari mas taufik saat akan memulai perbincangan. Dan dugaan itu benar, dari semua para pengembara tersebut hanya seorang mas taufik yang mau dan mampu memandu mereka hingga ke puncak rinjani, selain itu fisik mereka juga dipertanyakan apakah mampu melewati rintangan yg ada di jalur sembalung tanpa porter ditambah dengan keadaan kaki yg memprihatinkan. Tapi hal tersebut tidak membuat mereka goyah, kecuali satu bocah yang tidak ingin disebut namanya, hatinya langsung goyah. Selain itu mas taufik juga menyanggah mereka yg selalu berpikiran untuk ‘menaklukkan’ bukannya ‘menikmati alam’ spontan saja mereka tersentak dan tersadarkan. Memang benar kata mas taufik saat itu, “jika memang ingin menaklukkan pasti sekali lewat jalur selatan saya sudah kapok kesini, tapi saya malah sering kesini karena memang ingin menikmati alam”.
Bersama dengan kata – kata yg mencambuk hati mereka itu dan dengan prinsip awal “yang penting kembali dengan selamat” dengan itu mereka memutuskan untuk mengurungkan niat yg berapi – api itu di waktu yg akan datang nantinya. Sebagai pelampiasan esok harinya (pukul 12:00) mereka pun menjajal puncak gunung baru jari yang artinya gunung baru jadi.
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
Puncak gunung Baru!!! (pukul 15:00) dengan membawa pesan – pesan yang memotivasi mereka semua
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
(dear Robby Rifal Hamdani,
maaf aku tidak bisa mendaki puncak Rinjani untukmu fal, tapi kalau bukan demi kertas ini mungkin aku sudah menyerah saat melewati hutan, padang rumput dan tebing – tebing curam itu hingga puncak gunung Baru ini. Semangat dan kenangan bersamamu lah yang melecut kakiku yang lemah dan tak berdaya ini mangarungi semua rintangan yang ada. Mungkin setelah berjalan sejauh dan setinggi ini aku bisa sedikit merasakan kehadiranmu sahabatku, semoga kau bahagia disana.)
Farewell My Best Friend
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Itulah kisah pendakian 5 pria yang mencari jati dirinya dengan melupakan kehidupan yang membosankan, mencari tantangan dan mengungkap keindahan serta ganasnya alam liar. Bahwa sejatinya alam tidak akan menghianati hati yang mencintainya.

I hope you like this, even if you bored seeing it haha
Pagi berikutnya bersama dengan rombongan lainnya mereka semua pun berangkat untuk kembali ke gerbang selata. Perjalanan lebih dari 12 jam pun ditempuh dari pukul 10:00 hingga 23:00 dengan aman dan sampai dengan selamat. Berikut ini adalah foto – foto sepanjang perjalanan pulang:
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


Sekian lah kisah kelima pria penjelajah alam Rinjani. Terima kasih banyak telah mengikuti kisah panjang yang mungkin tidak jelas atau menarik bagi kalian ini, tapi bagi kelima bocah tersebut ini adalah kisah yang tidak mungkin dilupakan selamanya karena banyak kebersamaan dan keseruan yang terlibat disana dengan menggunakan fisik hingga batas maksimum yang mereka miliki.
Mungkin ini bisa menjadi refrensi bagi kalian yag ingin menjelajah Rinjani dari jalur selatan. Jika kalian juga ingin bertukar cerita, saya akan senantiasa menunggunya di kolom komentar di bawah ini.

*NB: buat bang fide, benny, asrul sama atur, kalo ada yang kurang tambahin ya bro hahaha
Thank you fellas!!!

No comments:

Post a Comment